MEDIUSNEWS - Berawal dari peristiwa ledakan kecil di yacth milik Presiden Maladewa (Maldives) Abdulla Yameen pada Oktober 2015, dugaan kasus pencucian uang skala massif di negeri kepulauan itu tersingkap.
Ledakan yang menyebabkan cederanya isteri Presiden Yameen itu berujung penangkapan Wakil Presiden Ahmed Adeeb. Dia dituduh menjadi otak di balik insiden yang bisa berakibat fatal pada Presiden Yameen dan isterinya.
Sebelum ditahan, Adeeb sempat menyerahkan tiga unit ponsel iPhone-nya ke seorang teman. Data-data percakapan, email, dan lain-lain dari ketiga ponsel tersebut sampai ke tangan pihak Al Jazeera, media internasional asal Qatar.
Baca Juga: Pujian Selangit Jokowi untuk Ketum PAN, Tapi Sinyalnya ke Ganjar Pranowo
Al Jazeera kemudian melakukan serangkaian liputan investigasi terkait berbagai kasus korupsi dan pencucian uang yang terjadi di Maldives berdasarkan data yang bersumber dari salah satu pelaku utamanya: Ahmed Adeeb.
Salah satu data yang terungkap dari percakapan di ponsel Adeeb adalah rencana pencucian uang skala massif yang melibatkan sejumlah pengusaha Asia Tenggara.
Adeeb yang pada 2014 masih berstatus Menteri Pariwisata Maldives mendapat tawaran untuk memindahkan uang tunai sebesar 1,5 miliar USD. Dia dibantu tiga anggota kabinet Maldives lain.
Pemilik uang tersebut dipanggil dengan sebutan "Mr Hans." Bertindak sebagai perantara negoisasi warga Singapura bernama T.K. Yew.
Tangan kanan Mr Hans dalam operasi tersebut adalah WNI bernama R Yacub. Sementara itu, arsitek dari operasi pemindahan uang skala besar itu adalah pengusaha minyak asal Malaysia bernama F Hassan. Ada juga WNI lain yang ikut berperan, yaitu pengusaha bernama A H Hadi.
Baca Juga: 15 dari 25 Orang Terkaya RI versi Forbes Masuk Bisnis Sawit. Siapa Saja Mereka? Apa Perusahaannya?
TK Yew sempat tiga kali mengunjungi Male, Ibukota Maldives untuk membicarakan rencana tersebut. Dalam skenario yang terungkap dalam email TK Yew ke Adeeb adalah uang tunai dalam kargo berisi 12 palet berisi uang tunai lembaran 100 USD dengan nilai total 1,5 miliar USD atau sekitar 20-21 triliun rupiah (nilai tukar pada periode 2014-2015) tersebut akan diterbangkan dengan pesawat.
Pengiriman uang tunai menggunakan pesawat itu akan dikawal pengamanan khusus dan mengikuti rute khusus pula untuk mengelabui asal dana fantastis tersebut. Pesawat akan tiba di Male dari Iran, bukan Indonesia. Pesawat akan melakukan pengisian bahan bakar di Shaja, Iran, lalu terbang ke Teheran, Ibukota Iran. Dari sana, pesawat tersebut akan terbang ke Maldives.
Demi legilatas uang masuk ke negara baru, TK Yew meminta Adeeb untuk mendapatkan jaminan dan verifikasi dari otoritas keuangan negaranya. Selanjutnya uang akan dihitung dan langsung dikreditkan ke account bank yang sudah disiapkan.
Untuk melaksanakan skenario tersebut, Adeeb lantas menghubungi Gubernur Bank Sentral Maldives A Adam. Dalam chat tersebutlah Adeeb mengungkapkan bahwa uang tersebut sebenarnya merupakan pelarian modal (flight capital) dari perusahaan perdagangan minyak offshore di Indonesia pasca Pemilu 2014.
Artikel Terkait
Puan Maharani dan Kader PDIP Setuju Pemilu 2024 Tak di Tunda
Jaga Kemanaan Jelang Pemilu 2024, Jokowi Ingatkan Kebebasan Beragama Ke Pimpinan Daerah
PGI Khawatir Menguatnya Politik Identitas Di Tahun Politik Jelang Pemilu 2024
Bawaslu Gandeng PGI Melawan Politisasi SARA, Ujaran Kebencian, Hoax dan Politik Uang Pada Pemilu 2024
Komunitas Pemilu Bersih Sebut Pemilu 2024 Bakal Tersandera Ancaman Praktek kecurangan.