Penulis: Imanuel More
MEDIUSNEWS - Hingga Triwulan III 2022, ekonomi Indonesia masih terus menunjukkan kinerja positif di tengah perlambatan ekonomi global. BPS melansir, ekonomi nasional masih tumbuh stabil di level 5,72% (YoY) pada periode Juli-September (triwulan III) 2022.
Kepala BPS Margo Yuwono menyebutkan, terdapat lima sektor yang mendorong pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut. Lima sektor tersebut adalah industri pengolahan (manufaktur), pertambangan, pertanian, perdagangan, dan konstruksi.
Kelima sektor tersebut secara total berkontribusi sebesar 66,45% pada PDB Triwulan III 2022. Kontributor terbesar tentu saja sektor manufaktur, yakni 17,88 persen.
Secara sektoral, industri manufaktur tumbuh sebesar 4,8 persen (YoY). Program hilirisasi sumber daya alam (SDA) dan moratorium ekspor bahan mentah menampakkan hasil nyata. Pertumbuhan tertinggi berasal dari industri logam dasar yang tercatat tumbuh 20,2 persen (yoy). Industri alas kaki dan barang dari kulit menyusul dengan 13,4%, disusul industri tekstil dan pakaian jadi dengan 8%.
Tidak berhenti di situ. Industri manufaktur masih meniupkan angin segar bagi potensi pertumbuhan ke depan. Dalam bayang-banyang resesi global, suntikan investasi ke sektor industri manufaktur nasional malah menunjukkan peningkatan signifikan.
Kementerian Investasi/BKPM melaporkan, realisasi penanaman modal sektor industri manufaktur yang mencapai Rp 365,2 triliun sepanjang Januari-September 2022 atau mencapai 40.9% dari total nilai investasi periode tersebut sebesar Rp 892,4 triliun.
Capaian tersebut tidak main-main. Pasalnya, dibandingkan periode yang sama tahun 2021, peningkatan investasi ke sektor manufaktur mencapai 54 persen. Pada 2021, total investasi ke sektor tersebut masih di angka Rp236,8 triliun.
Baca Juga: DPR RI Tetapkan 9 Anggota KPAI yang Lulus Uji Kelayakan dan Kepatutan
Primadona Pemilik Modal di saat Resesi?
Perlambatan ekonomi membuat para investor mencoba bermain aman dalam pengelolaan kapital yang dimiliki. Memarkirkan di perbankan atau lembaga keuangan bisa menjadi satu opsi. Tapi insting pelaku usaha untuk melihat potensi profit di balik redupnya lingkungan bisnis tentu tak bisa diabaikan.
Maka ketika masih banyak aliran investasi masuk ke sektor manufaktur di tengah ancaman resesi menunjukkan tidak hanya kepercayaan investor terhadap daya tahan sektor industri nasional. Ada keyakinan besar bahwa sektor-sektor manufaktur tertentu bisa diibaratkan blessing in disguise, berkah di balik krisis.
Prinsip ada peluang besar di balik setiap krisis ekonomi tentu menjadi pegangan investor. Untuk itulah, arah investasi mereka menunjukkan potensi yang dilirik. Dari sisi ini, ada perbedaan sasaran dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA).
Investor domestik (PMDN) lebih melihat peluang meraup cuan dari sektor industri makanan. Dari total realisasi PMDN sebesar Rp413,1 triliun, porsi terbesar atau sekitar Rp 38 triliun mengarah ke industri makanan senilai Rp38 triliun atau menyumbang 9,2 persen dari total realisasi PMDN.
Sementara itu, investor asing (PMA) lebih tertarik pada sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya. Nilai total investasi ke sektor ini mencapai USD 8,5 miliar atau berkontribusi 25,3 persen terhadap seluruh realisasi PMA yang berada di angka Rp 479,3 triliun.
Artikel Terkait
Per September, Investasi ke Sektor Industri Manufaktur Nasional Telah Capai 365 Triliun Rupiah
Jokowi Apresiasi Industri Pertahanan Indonesia Berkembang Baik: Adopsi Sebanyak Mungkin Teknologi Baru
Industri Manufaktur Topang Pertumbuhan Positif Ekonomi Nasional Triwulan III 2022
LPS Siap Jualan Proyek IKN ke Investor di sela Perhelatan KTT G20 Bali
Program Mama Bambu dari NTT Dapat Apresiasi dalam Side Event KTT G20 Bali
Hasil KTT G20 Bali, Indonesia Dapat Komitmen Dana Transisi Energi Sekitar 312 Triliun Rupiah