Jadi Ketum Parpol Paling Sibuk, Surya Paloh Dinilai Lagi Pusing

MEDIUSNEWS - Mantan Ketua Umum Partai Nasdem Patrice Rio Capella menilai Surya Paloh merupakan ketua umum parpol paling sibuk saat ini.

"Coba kita amati sembilan ketua umum parpol yang lolos parliamentary threshold, yang paling sibuk itu Nasdem (Surya Paloh). Yang lain santai-santai aja. Yang paling sibuk berkeliling-keliling itu ya Nasdem," ujar Patrice Rio Capella saat menjadi tamu di Podcast Akbar Faisal Uncensored yang diunggah ke YouTube, Kamis, 16 Maret 2023.

Dia menilai, kesibukan Surya Paloh berkeliling ke parpol-parpol lain mengindikasikan adanya beban pikiran dan kegamangan dalam menentukan sikap politik.

Baca Juga: Sentil Polri dan Kemenhan soal Impor, Presiden Lupa Polemik Aktual: Impor Kereta Bekas Jepang

Mantan orang dekat Surya Paloh ini tidak menjelaskan lebih lanjut dugaannya tentang beban pikiran Ketum Partai Nasdem.

Dia hanya membandingkan dengan ketum parpol lain, seperti Prabowo di Gerindra atau Megawati di PDIP yang relatif tenang dengan kepentingan internal. Dibandingkan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pun, Surya Paloh dinilai jauh lebih sibuk untuk urusan lobi-lobi ke luar partainya.

"Orang itu kalau sering keluar rumah, pergi ke sana, pergi ke sini berarti pusing. Kalau orang sibuk ke sana, ke mari berarti ada masalah, berarti kepalanya lagi pening," sebut Rio.

Menurut dia, lobi-lobi yang dilakukan Surya Paloh pun tidak menunjukkan hasil positif bagi partainya. Salah satu contohnya adalah lobi terakhir yang dilakukan Surya Paloh melalui pertemuan dengan Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Baca Juga: Saat Program Pemerintah Dinomorduakan Demi Penumpang KRL Jabodetabek

Pertemuan tersebut dikait-kaitkan dengan keinginan keinginan Surya Paloh untuk menarik kader Gerindra Sandiaga Uno untuk dipasangkan dengan Anies Baswedan sebagai pasangan capres-cawapres 2024.

"Kemudian nothing juga, enggak dapat apa-apa juga," lanjut Rio Capella.

Politisi asal Bengkulu ini menilai kesibukan Surya Paloh tidak terlepas dari ketiadaan kader yang memiliki nilai jual sebagaimana partai lainnya.