MEDIUSNEWS - Bulan Maret lalu, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (Dirjen PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sigit Reliantoro mengatakan persoalan penanganan sampah plastik saat ini masih menjadi tantangan besar yang dihadapi negara-negara anggota G20.
Sigit mengatakan secara global, produsen baru dapat mendaur ulang 10 persen dari produksi plastik sejak plastik itu ada. Hal tersebut menjadi tantangan untuk melakukan sirkulasi plastik, bagaimana agar tidak menambah lagi plastik yang baru.
Pernyataan Sigit disampaikan pada acara konferensi pers kesimpulan hasil pertemuan pertama G20 Environment Deputies Meeting and Climate Sustainability Working Group (G20 1st EDM-CSWG) Leading For Sustainability.
Baca Juga: Diplomasi Jokowi untuk Hentikan Perang dan Suksesnya G20 Diapresiasi
Pertemuan G20 sektor lingkungan dan kehutanan tersebut digelar pada 21-23 Maret 2022 di Yogyakarta.
Yanto Widodo, Direktur Utama PT Kartika Agung Dewata mengatakan konsep penanganan sampah plastik yang perlu didorong saat ini adalah bagaimana mendorong daur ulang dengan konsep extended producers responsibiliy.
"Kami berharap di Forum G20 dibahas tentang tanggung jawab produsen yang diperluas untuk mendukung sirkular ekonomi dan green economy," kata Yanto.
Sebagai informasi, PT Kartika Agung Dewata yang dipimpin Yanto didirikan pada 2015 dan merupakan satu-satunya pabrik preform di Bali.
Baca Juga: Bentuk Kompromi, Undangan Jokowi kepada Ukraina dalam G20 Patut Diapresiasi
Artikel Terkait
Dampak Climate Change, Eropa Dilanda Kekeringan dan Hawa Panas
Cegah Efek Anomali Iklim, Irwan Ardi Hasman Dukung Pemanfaatan Lahan Kosong Guna Ketercukupan Pangan
Indonesia Ajak Negara Anggota G20 Bentuk Fasilitas Pembiayaan Kesehatan Global
Bentuk Kompromi, Undangan Jokowi kepada Ukraina dalam G20 Patut Diapresiasi