MEDIUSNEWS - Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko berkomitmen untuk menanggulangi kemiskinan ekstrem dan stunting di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai alternatif melalui pengembangan sorgu, bahan pangan alternatif bernilai ekonomi tinggi.
Oleh karenanya, Moeldoko melalui Kantor Staf Presiden (KSP) juga terus aktif mendorong program pengembangan riset dan studi sorgum yang diinisiasi oleh para civitas akademika.
“Yang bisa menggerakkan kemiskinan ekstrem dan stunting adalah sorgum. Tapi kita masih perlu meyakinkan publik bahwa sorgum ini bisa dikembangkan untuk industri makanan dan banyak industri lainnya. Harapan saya budidaya sorgum dikencangkan agar menjadi suara publik yang mengajak masyarakat menanam dan mengembangkan ekosistem sorgum,” kata Moeldoko.
Baca Juga: Carmen Siagian Dorong Pemerintah Kampanyekan Sorgum Pengganti Beras, Moeldoko Terus Bersosialisasi
Hal ini Ia sampaikan saat menerima audiensi pihak Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana dan Universitas Kristen Wira Wacana Sumba, di Gedung Bina Graha Jakarta, Selasa 8 November 2022.
Universitas Kristen Wira Wacana Sumba yang berlokasi di Sumba Timur, NTT, tengah berencana untuk mengembangkan salah satu program riset dan pengembangan sorgum di kampusnya. Perguruan tinggi yang baru berdiri tahun 2016 silam ini kini memiliki 10 program studi dengan 4.800 mahasiswa.
Inisiasi Universitas Kristen Wira Wacana Sumba untuk mengembangkan pusat riset dan studi sorgum berangkat dari keprihatinan atas kemiskinan ekstrem dan prevalensi stunting yang cukup tinggi di NTT.
Baca Juga: Revolusi Milenial Menuju Zero Stunting, Dokter Carmen Siagian Ingatkan Akan Asupan Gizi dan Edukasi
Salah satu penyebab kemiskinan ekstrem di NTT dikarenakan pengelolaan sumber daya yang masih belum optimal.
Namun ternyata, kondisi tanah NTT yang kering dengan wilayah yang sedikit curah hujan per tahunnya bisa menjadi lahan yang subur bagi tanaman sorgum.
Jika dimanfaatkan secara luas, pengembangan sorgum tidak hanya memberikan alternatif pangan nasional, tapi juga menyerap tenaga kerja dan memberikan pemasukan ekonomi bagi daerah.
“Dari 1 hektar lahan bisa menghasilkan 3-5 ton sorgum. Satu hektar lahan sorgum ini diproyeksikan menghasilkan Rp 12 juta. Budidaya sorgum ini mudah karena pupuknya juga tidak seberapa. Ini bisa mengangkat ekonomi lokal secara dahsyat,” imbuh Moeldoko.
Rektor Universitas Kristen Wira Wacana Sumba, Maklon Felipus Killa, dan Wakil Ketua Pengurus Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana, Fence Emanuel Lase, pun berharap melalui kemitraan dengan badan usaha di bidang sorgum, pihak perguruan tinggi bisa mengembangkan pusat studi sorgum yang khas Sumba.
Artikel Terkait
Revolusi Milenial Menuju Zero Stunting, Dokter Carmen Siagian Ingatkan Akan Asupan Gizi dan Edukasi
Peringatan Hari Gizi Nasional 2022 Momentum Turunkan Angka Stunting, AHaD Usul Perlu Monitoring dan Evaluasi
Carmen Siagian Dorong Pemerintah Kampanyekan Sorgum Pengganti Beras, Moeldoko Terus Bersosialisasi
Turunkan Angka Stunting, Moeldoko Yakinkan Indonesia Bisa Lahirkan Generasi Unggul